Survei Harga properti Residensial di Pasar Primer Triwulan II 2024

A. Harga Properti Residensial Triwulan II 2024

  • Hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia mengindikasikan harga properti residensial di pasar primer meningkat terbatas. Hal tersebut tecermin dari perkembangan Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) triwulan II 2024 yang secara tahunan tumbuh 1,76% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 1,89% (yoy). Peningkatan IHPR yang terbatas ini disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan harga seluruh tipe rumah, terutama rumah tipe kecil yang tumbuh 2,09% (yoy), melambat dibandingkan triwulan I 2024 yang tumbuh 2,41% (yoy). Lebih lanjut, perkembangan harga rumah tipe menengah dan besar pada triwulan II 2024 juga terindikasi melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Indeks harga masing-masing tipe rumah tersebut naik sebesar 1,45% (yoy) dan 1,47% (yoy), melambat dari 1,60% (yoy) dan 1,53% (yoy) pada triwulan sebelumnya.
  • Secara spasial dari 18 kota yang diamati, empat kota mengalami perlambatan IHPR secara tahunan pada triwulan II 2024. Perlambatan terutama terjadi di Kota Batam dari 4,58% (yoy) pada triwulan I 2024 menjadi 2,25% (yoy). Sementara itu, perkembangan harga rumah yang meningkat terutama terjadi di Kota Pekanbaru yang tumbuh 1,69% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya terkontraksi 0,13% (yoy), diikuti Kota Pontianak (dari 4,68% (yoy) menjadi 5,40% (yoy)) dan Kota Balikpapan (dari 0,48% (yoy) menjadi 1,15% (yoy)).
  • Secara triwulanan, IHPR di pasar primer pada triwulan II 2024 tumbuh 0,35% (qtq) melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 0,57% (qtq). Perlambatan tersebut terutama dipicu oleh perlambatan harga rumah pada tipe kecil dan menengah. Harga rumah tipe kecil melambat dari 0,67% (qtq) pada triwulan I 2024 menjadi 0,44% (qtq), sementara harga rumah tipe sedang melambat dari 0,40% (qtq) menjadi 0,34% (qtq). Adapun harga rumah tipe besar meningkat sebesar 0,34% (qtq), lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 0,27% (qtq) sehingga menahan perlambatan harga rumah di pasar primer.
  • Secara spasial, perlambatan IHPR primer secara triwulanan terjadi di 10 dari 18 kota yang disurvei. Perlambatan terutama terjadi di Kota Samarinda (dari 2,18% (qtq) menjadi 0,15% (qtq)), Kota Denpasar (dari 1,07%(qtq) menjadi 0,44% (qtq), dan Kota Pontianak (dari 1,20% (qtq) menjadi 0,73% (qtq)).
  • Perlambatan harga properti residensial pada triwulan Il 2024 diperkirakan dipengaruhi antara lain oleh perkembangan harga bahan bangunan. Hal tersebut tecermin dari perlambatan IHPR yang sejalan dengan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Subkelompok Pemeliharaan, Perbaikan, dan Keamanan Tempat Tinggal/Perumahan pada Juni 2024 sebesar 0,49% (yoy), lebih rendah dari 0,76% (yoy) pada triwulan I 2024.

B. Penjualan Properti Residensial Triwulan II 2024

  • Penjualan properti residensial di pasar primer pada triwulan II 2024 secara tahunan masih tumbuh, meskipun tidak setinggi triwulan sebelumnya. Pada triwulan II 2024 penjualan properti residensial tumbuh 7,30% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang mencapai 31,16% (yoy). Perlambatan penjualan ini terjadi pada semua tipe rumah, terutama rumah tipe kecil yang melambat dari triwulan sebelumnya sebesar 37,84% (yoy) menjadi 4,51% (yoy). Sementara tipe menengah melambat dari 13,57% (yoy) menjadi 3,01% (yoy) dan tipe besar melambat dari 48,51% (yoy) menjadi 27,41% (yoy). Perlambatan penjualan properti ini ditengarai akibat beberapa hambatan baik dari sisi pengembangan maupun pemasaran.
  • Berdasarkan informasi dari responden sejumlah faktor yang menghambat pengembangan maupun penjualan properti residensial primer, antara lain kenaikan harga bangunan (35,10%), masalah perizinan (24,48%), suku bunga KPR (22,81%), dan proporsi uang muka yang tinggi dalam pengajuan KPR (17,61%).
  • Perlambatan penjualan rumah primer secara tahunan disebabkan oleh kontraksi penjualan rumah selama triwulan Il 2024. Secara triwulanan, penjualan rumah primer pada triwulan Il 2024 terkontraksi sebesar 12,80% (qtq), terutama dipengaruhi oleh kontraksi penjualan rumah tipe kecil dan menengah yang masing-masing sebesar 16,68% (qtq) dan 13,68% (qtq). Sementara itu, penjualan rumah tipe besar relatif stabil dan menahan penurunan penjualan rumah yang lebih dalam dengan pertumbuhan sebesar 5,08% (qtq).

C. Pembiayaan Properti Residensial

  • Pada triwulan II 2024 sumber pembiayaan utama pengembang dalam pembangunan properti residensial terutama berasal dari dana internal perusahaan dengan pangsa sebesar 74,69%. Sumber pembiayaan lainnya yang menjadi preferensi pengembang untuk pembangunan rumah primer adalah dari pinjaman perbankan (15,52%) dan pembayaran dari konsumen (6,00%).
  • Sementara dari sisi konsumen, pembelian rumah primer mayoritas dilakukan dengan cara Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dengan pangsa sebesar 75,52%. Selain itu, mekanisme pembelian rumah primer melalui pembayaran tunai bertahap dan tunai masing-masing memiliki pangsa sebesar 7,38% sampai dengan 17,10%.
  • Pada triwulan II 2024 total nilai kredit KPR secara tahunan tumbuh sebesar 13,97% (yoy), relatif terjaga dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 13,91% (yoy). Realisasi KPR pada triwulan II 2024 yang relatif stabil secara tahunan tersebut ditopang oleh penyaluran KPR pada tiga bulan terakhir yang tetap kuat.

SUMBER : BANK INDONESIA

MEDIA SOSIAL
KONTAK

©2024 www.kjppwnr.co.id